NEWSRBACEH I LHOKSEUMAWE – Pemerintah Kota Lhokseumawe melalui Seminar Sejarah yang digelar di Aula Kantor Wali Kota, Rabu (15/10), menyepakati rumusan penetapan hari jadi kota. Wali Kota Lhokseumawe, Dr. Sayuti Abubakar, S.H., M.H., secara resmi menutup kegiatan yang mengangkat tema “Bandar Lhokseumawe dalam Perspektif Pemerintahan dan Sejarah” tersebut.
Dalam sambutan penutupannya, Wali Kota menyampaikan apresiasi kepada para narasumber, peserta, dan tim perumus yang telah menyusun hasil akhir seminar. “Kesepakatan ini menjadi pijakan penting bagi Pemkot untuk menetapkan tanggal resmi hari jadi Lhokseumawe berdasarkan kajian sejarah yang kuat,” ujar Sayuti.
Berdasarkan hasil rumusan tim perumus yang diketuai H. Saifuddin Saleh, S.H., seminar menyepakati tanggal 17 Oktober sebagai rujukan utama hari jadi Kota Lhokseumawe. Tanggal tersebut merujuk pada peresmian pembentukan Pemerintah Kota Lhokseumawe.
Seminar juga menyoroti eksistensi Telok Samawi yang telah dikenal sejak abad ke-13, sebagai bukti bahwa kawasan Lhokseumawe memiliki peran penting dalam perkembangan peradaban maritim di pesisir utara Aceh.
Selain kesimpulan historis, para peserta seminar merekomendasikan tiga hal kepada Pemkot Lhokseumawe:
- Menyiapkan regulasi tentang penetapan hari jadi kota
- Mendorong kalangan akademisi untuk terus menelusuri data dan fakta sejarah
- Mengambil langkah lanjutan dalam penetapan predikat atau gelar kehormatan bagi kota
Wali Kota Sayuti menegaskan, hasil seminar ini akan menjadi dokumen rujukan resmi dalam menyusun kebijakan dan regulasi. “Penetapan hari jadi kota bukan sekadar simbol seremonial, tetapi momentum untuk memperkuat rasa memiliki dan membangun kebanggaan kolektif masyarakat,” tegasnya.
Seminar yang dihadiri Majelis Adat Aceh (MAA) Kota Lhokseumawe, akademisi, budayawan, dan tokoh masyarakat ini ditutup dengan pembacaan hasil rumusan resmi yang disepakati bersama pada tanggal 15 Oktober 2025.
