Search

12 Desember 2025

Toga yang Tak Sempat Dikenakan: Ijazah Safira Diserahkan kepada Sang Ibu di Tengah Isak Haru Wisuda PNL

admin

Toga yang Tak Sempat Dikenakan: Ijazah Safira Diserahkan kepada Sang Ibu di Tengah Isak Haru Wisuda PNL

NEWSRBACEH I LHOKSEUMAWE – Di tengah gemuruh tepuk tangan dan wajah-wajah cerah para wisudawan Politeknik Negeri Lhokseumawe (PNL), suasana mendadak berubah hening. Musik kebahagiaan seolah berhenti berdenting ketika satu nama disebut dengan lirih namun penuh makna Almarhumah Safira. Minggu, 19 Oktober 2025

Ia tak hadir secara jasmani, namun semangat dan jejak perjuangannya terasa kuat, menembus ruang dan waktu. Di barisan wisudawan, seolah ada kursi yang kosong, tapi sesungguhnya di sanalah hadir sosok Safira dengan senyum yang kini hanya bisa dikenang.

Safira, putri dari almarhum Bapak Muslem Mahmud dan Ibu Yusnidar A. Wahab, adalah mahasiswi Program Studi Teknologi Rekayasa Jaringan Telekomunikasi, Jurusan Teknik Elektro. Dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,21, ia telah menyelesaikan seluruh perjuangan akademiknya dengan gemilang. Namun sebelum sempat mengenakan toga dan mengabadikan momen bahagianya, takdir Allah lebih dulu memanggilnya pulang.

Momen paling menggetarkan hati terjadi ketika Direktur PNL, Dr (C). Ir. Rizal Syahyadi, ST., M.Eng.Sc., IPM., ASEAN.Eng., APEC.Eng., didampingi Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) PNL, drg. Nadia Sartika, MKM, menyerahkan ijazah almarhumah kepada ibunda tercinta, Ibu Yusnidar.

Tangannya gemetar saat menerima lembaran itu — bukan sekadar selembar kertas, tetapi simbol pengorbanan, doa, dan cinta seorang anak yang menuntaskan perjuangannya bahkan hingga di luar batas kehidupan.

“Ananda Safira telah menuntaskan perjuangannya. Mungkin ia tak sempat mengenakan toga ini, tapi di sisi Allah SWT, ia telah mengenakan mahkota kemuliaan,”ujar Direktur Rizal Syahyadi dengan suara bergetar, disambut isak haru hadirin yang menundukkan kepala dalam doa.

Di antara linangan air mata, drg. Nadia Sartika, MKM turut menyampaikan rasa hormat dan belasungkawa yang mendalam.

“Momen ini mengajarkan kita bahwa cinta seorang ibu tak pernah berakhir, bahkan setelah kepergian sang anak. Safira telah menunaikan amanah ilmunya dengan tulus. Semoga Allah SWT menempatkannya di tempat terbaik, dan memberi kekuatan bagi ibunda beliau,” tuturnya lembut.

Dalam pelukan sunyi auditorium itu, Ibu Yusnidar menggenggam ijazah putrinya erat-erat. Air mata jatuh perlahan, bukan semata karena duka, tetapi karena rasa bangga yang tak bisa diungkapkan kata. Ia tahu, perjuangan putrinya tidak berhenti di dunia — ilmu yang ditinggalkan Safira akan terus hidup, menerangi banyak jalan di masa depan.

Kini, nama Safira akan selalu terukir di hati keluarga besar Politeknik Negeri Lhokseumawe. Ia bukan sekadar mahasiswa, melainkan simbol keteguhan, cinta, dan keabadian ilmu.

Ijazah itu mungkin tersimpan di tangan seorang ibu, namun maknanya menembus langit — menjadi saksi bahwa ilmu yang diperjuangkan dengan ketulusan tak akan pernah mati.

Semoga setiap huruf yang pernah ditulis Safira menjadi cahaya penuntun di alam sana.

Dan semoga setiap doa dari ibunya menjadi jembatan kasih yang menghubungkan bumi dan surga.

Al-Fatihah untuk Almarhumah Safira.

Semoga Allah SWT menempatkannya di taman ilmu dan cahaya yang abadi.