Search

13 Desember 2025

Menembus Kegelapan Sejarah: Teuku Kemal Fasya Rampungkan Disertasi tentang Tragedi Cumbok dan Rekonsiliasi Aceh

admin

DR. Teuku Kemal Fasya, M.Hum

NEWSRBACEH I MEDAN – Setelah melalui perjalanan panjang yang penuh dinamika intelektual, emosional, dan bahkan politik, Teuku Kemal Fasya resmi menuntaskan disertasi doktoralnya yang berjudul “Dampak Tragedi Cumbok dalam Konteks Pembangunan Rekonsiliasi Aceh.” Rabu 22 Oktober 2025.

Penelitian yang diselesaikan di Program Doktor Perencanaan Wilayah Universitas Sumatera Utara (USU) ini tidak hanya memenuhi syarat akademik, tetapi juga menjadi wujud pergulatan pribadi penulis dalam menyingkap salah satu fase paling kelam dalam sejarah Aceh.

“Penulisan ini adalah upaya untuk melawan agoni, kesedihan, dan politik pelupaan. Meski menemukan kebenaran bisa jadi mimpi buruk, tapi harus dituliskan,” ujar Kemal dalam pidato promovendusnya. Ia mengutip kalimat legendaris Joseph Conrad dalam The Heart of Darkness, “I should be loyal to the nightmare of my choice.”

Menelusuri “Waktu Tergelap” Aceh

Dalam disertasinya, Kemal mengangkat Tragedi Cumbok konflik berdarah antara kaum uleebalang dan PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) yang terjadi pada dua periode, 1945–1949 dan 1953–1957. Peristiwa itu, menurutnya, bukan sekadar sejarah politik lokal, tetapi juga titik balik yang menentukan arah masa depan Aceh.

“Jika peristiwa itu tidak didekonstruksi dan dikritisi secara objektif, Aceh akan terus terjebak dalam lingkaran kegelapan dan déjà vu,” tulisnya.

Ia menilai, dampak tragedi tersebut masih terasa hingga kini dalam berbagai dimensi sosial, ekonomi, dan kultural masyarakat Aceh.

Dalam analoginya, Kemal menyamakan proses penelitiannya dengan filmDarkest Hour(2017) karya Joe Wright, yang mengisahkan dilema moral Winston Churchill di masa Perang Dunia II. “Sejarah tak bisa diulang, tapi bisa direfleksikan,” ujarnya.

Perjalanan Intelektual dan Dukungan Para Guru Bangsa

Kemal Fasya memulai studi doktoralnya pada Agustus 2021. Namun, riset dan aktivismenya terhadap tema rekonsiliasi Aceh telah ia jalani jauh sebelumnya. Ia dikenal sebagai akademisi dan aktivis budaya yang kerap menulis tentang sejarah, politik, dan humaniora Aceh di berbagai media nasional.

Dalam proses panjang penulisan disertasi ini, ia banyak berinteraksi dengan para tokoh nasional, termasuk mendiang Prof. Teuku Syamsul Bahri mantan Wakil Rektor USU dan putra pahlawan nasional Teuku Nyak Arif serta Prof. Daoed Joesoef, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Dari Daoed Joesoef, Kemal mendapatkan pesan yang terus diingatnya: “Tulislah tentang kearifan lokal Nusantara, karena di sanalah letak kemanusiaan kita.”

Dalam proses bimbingan akademik, Kemal mendapat dukungan penuh dari para guru besar USU, antara lain Prof. Dr. Robert Sibarani, MS (promotor utama), yang mengarahkan pendekatan etnografis disertasi ini, Prof. Dr. Drs. Budi Agustono, MS (co-promotor), yang memperkuat sisi historis konflik Aceh dan  Prof. Dr. Muriyanto Amin, S.Sos, M.Si, Rektor USU, yang juga menjadi co-promotor dan memberikan dukungan moral serta sejumlah profesor lainnya yang berperan sebagai penguji dan pembimbing.

“Disertasi adalah pekerjaan menembus langit dan tak boleh menyerah,” kata Kemal mengutip wejangan Prof. Robert Sibarani.

Perjalanan menulis disertasi ini bukan tanpa rintangan. Kemal mengaku sempat jatuh sakit dan menghadapi tekanan politisasi dari pihak yang “buta sejarah dan moral.” Namun, keyakinannya akan will to truth hasrat mencari kebenaran seperti yang dikatakan Nietzsche membuatnya tetap teguh.

“Ruang kebenaran akan selalu tegak, meski ada kekuasaan yang mencoba mengganggunya,” ujarnya, menirukan pesan gurunya, Prof. Nazaruddin Sjamsuddin.

 Didedikasikan untuk Anak Bangsa

Dalam bagian penutupnya, Kemal Fasya mengucapkan terima kasih kepada ratusan pihak yang telah berkontribusi: dari para guru besar, rekan sejawat, lembaga pendidikan, hingga keluarga yang selalu menjadi sumber kekuatan.

Ia mendedikasikan disertasi ini kepada istri tercinta Sari Wahyuni, ST, dan keempat anaknya: Teuku Omar Zahid Fasya, Teuku Abidzar Alghifary Fasya, Cut Ilma Navia Fasya, dan Cut Syahnaz Azzura Fasya.

“Perjuangan ini adalah tanggung jawab kepada Anak Semua Bangsa dalam menemukan kebenaran di era transisi,” tutupnya dengan nada reflektif, mengutip Pramoedya Ananta Toer.

Tentang Teuku Kemal Fasya

Teuku Kemal Fasya adalah dosen dan peneliti di Universitas Malikussaleh, Aceh Utara. Ia dikenal sebagai akademisi yang kritis terhadap isu sejarah, politik identitas, dan kebudayaan Aceh. Selain aktif menulis di media nasional, ia juga menjadi motor penggerak berbagai inisiatif kebudayaan dan rekonsiliasi di Aceh.