Komit Rawat Toleransi dan Demokrasi di Aceh, Yayasan Jinoe dan FISIP Unimal Gelar Forum Youthocracy |
Newsrbaceh.com I Lhokseumawe – Dalam upaya memperkuat
pemahaman akan keberagaman dan mendorong partisipasi aktif pemuda dalam
membangun Aceh yang lebih baik, Yayasan Jaring Inovasi Nanggroe (Jinoe) bersama
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Malikussaleh kembali
menggelar Forum Youthocracy (Youth Peacebuilding Initiative for Strengthening
Tolerance and Democracy), di Aula FISIP Unimal, Rabu (13/11).
Kegiatan ini yang didukung oleh Indika Foundation dan
Yayasan KITA Bhinneka Tunggal Ika ini, merupakan salah satu bentuk implementasi
perjanjian kerja sama antara kedua lembaga. Hadir dalam acara tersebut Kepala
Bagian Prokopim Setdako Lhokseumawe, Darius, S.Sn, para narasumber, Wakil
Dekan, Ketua Jurusan, Ketua Program Studi, dan Kepala Laboratorium di
lingkungan FISIP.
Kegiatan yang diawali dengan penandatanganan MoU sebagai
proses kerjasama tersebut, dihadiri oleh 100 mahasiswa dari berbagai program
studi di FISIP Unimal. Para peserta antusias mengikuti sesi paparan dari dua
narasumber kompeten, yaitu Dr. Dahlan A.Rahman, S.Ag,. M.SI, dosen Prodi Ilmu
Politik Universitas Malikussaleh, yang menyampaikan materi mengenai “Memahami
Konsep Keberagaman dan Implementasinya dalam Konteks Aceh”, serta Farhan Zuhri,
S.Hum, M.Pd, anggota DRPK Lhokseumawe, yang membahas “Pendidikan Politik Svagai
Pilar Keterlibatan Kaum Muda Dalam Demokrasi”.
Dekan FISIP Unimal yang diwakili oleh Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Prof. Dr. Suadi, S.Ag., M.Si, dalam sambutannya menyampaikan
apresiasi atas terjalinnya kerjasama dengan Yayasan Jinoe.
"Kami sangat beruntung dapat menjalin kerjasama dengan
Yayasan Jinoe. Senada dengan kurikulum saat ini, bahwa perguruan tinggi
diharapkan mampu menjalin kerjasama dengan banyak pihak untuk melahirkan
ide-ide segar dalam proses pembelajaran. Forum ini sangat baik, dapat
melahirkan agen-agen perdamaian terutama di FISIP Unimal," ujar Prof.
Suadi.
Ia juga menekankan bahwa isu toleransi dan demokrasi yang
diangkat dalam forum ini sangat relevan dengan kondisi Aceh saat ini. Forum ini
juga memberikan wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan pemahaman kritis dan
kemampuan analisis terhadap berbagai permasalahan sosial yang ada di Aceh.
"Dalam konteks
pelaksanaan Qanun Aceh, penting bagi generasi muda untuk memiliki pemahaman
yang mendalam tentang nilai-nilai toleransi, pluralisme, dan demokrasi. Dengan
demikian, mereka dapat berperan aktif dalam menjaga kedamaian dan keharmonisan
di Aceh." tambah Prof. Suadi.
Sementara itu, Direktur Program Yayasan Jinoe, Heru Tesar
Ichsan, dalam kesempatan ini mengungkapkan bahwa forum ini merupakan bagian
dari upaya Yayasan Jinoe untuk memberdayakan pemuda Aceh sebagai agen
perubahan.
”Melalui forum ini, kami ingin menumbuhkan kesadaran akan
pentingnya keberagaman dan mendorong pemuda untuk terlibat aktif dalam
pembangunan Aceh. Kami berharap para peserta dapat menjadi pemimpin muda yang
mampu membawa perubahan positif bagi Aceh.” Ujarnya.
Lebih lanjut, Heru menambahkan bahwa Yayasan Jinoe
berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan kapasitas pemuda Aceh melalui
berbagai program dan kegiatan yang relevan dengan konteks Aceh.
“Kami percaya bahwa pemuda Aceh memiliki potensi yang besar
untuk membawa perubahan positif bagi daerahnya. Dengan memberikan mereka ruang
untuk belajar, berdiskusi, dan berkreasi, kita dapat menciptakan generasi muda
Aceh yang cerdas, kritis, dan berintegritas,” Tambah alumni FISIP Unimal ini.
Antusiasme peserta terlihat dari berbagai testimoni yang
mereka sampaikan. Aji Pratama Lubis, mahasiswa Ilmu Administrasi Publik,
mengungkapkan, “Forum ini sangat bermanfaat bagi saya. Saya jadi lebih memahami
pentingnya toleransi dalam konteks masyarakat Aceh yang plural. Saya berharap
ilmu yang saya dapatkan hari ini bisa saya aplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.” Ujarnya.
Sementara itu, Sindi Nadin Lorena mahasiswi Antropologi,
menambahkan, “Sebagai pemuda Aceh, saya merasa terpanggil untuk ikut serta
dalam menjaga nilai-nilai luhur Aceh. Forum ini telah memberikan saya inspirasi
untuk lebih aktif dalam kegiatan sosial dan ikut serta dalam mengawal
pelaksanaan Qanun Aceh.” Pungkasnya.
Acara ini turut dimeriahkan oleh Sanggar Panyeout Culoet dan
Selaras Management. Forum Youthocracy ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi
mahasiswa untuk saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman, serta merumuskan
ide-ide kreatif untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh Aceh.