![]() |
Ramai Isu pengungsi yang simpang siur, YSAP Foundation menyelenggarakan Diskusi Publik berskala Nasional |
Newsrbaceh.com | Lhokseumawe - Yayasan Solidaritas Aksi Peduli (YSAP), Sabtu, 25 Mei 2024 Belakangan terakhir, berita tentang pengungsi menguasai jagat maya. Secara khusus, salah satunya berita tentang pengungsi Rohingya yang menarik perhatian publik dari berbagai kalangan. Memaknai hal tersebut, YSAP sebagai salah satu organisasi anak muda di Aceh mengadakan kegiatan diskusi untuk mengedukasi masyarakat secara umum tentang pengungsi luar negeri yang ada di Indonesia.
”Diskusi Publik : Harmoni Bersama Pengungsi ini diselenggarakan sebagai perwakilan sehingga saya termotivasi untuk mengajak teman-teman lain, mengenal lebih dekat terkait isu pengungsi, dan tentunya agar kita mempunyai bekal yang cukup dalam menghadapi segala informasi yang tersebar dengan sangat cepat tanpa teruji kredibilitasnya.” Ucap Hafiz selaku Panitia pelaksana dalam Tegaskan Kegiatannya melalui zoom yang diselenggarakan dari kampus-kampus yang ada di Indonesia.
Diskusi publik ini dimoderatori oleh Chalik Mawardi, SH, MH, mahasiswa program doktoral Ilmu Hukum di Universitas Sebelas Maret, Solo. Chalik juga merupakan Co-Founder dari YSAP, menyampaikan bahwa ”Semoga diskusi seperti ini terus dilakukan agar semakin banyak orang yang paham terkait isu pengungsi. Sehingga untuk teman-teman yang berhadir, ambil ilmu sebanyak-banyaknya sebab, masih banyak hal yang harus dipelajari terkait kondisi, regulasi, faktor dan hal lainnya.”
Diskusi diawali oleh Dwita Aryani sebagai Assistant Protection Officer di NHCR Indonesia, yang mengajak semua peserta untuk mengenal dan memahami pengungsi luar negeri di Indonesia. Dalam diskusi ini beliau menyampaikan bahwa, ada 12,772 orang yang terdaftar di UNHCR yang terbagi menjadi 8,502 pengungsi dan 4,270 pencari suaka.
Banyak penyebab para pengungsi pergi dari tempat tinggalnya seperti karena konflik, kekerasan, kekeliruan, diskriminasi dan bentuk ketidakadilan lain yang dirasakan. UNHCR dalam hal ini diberi mandat salah satunya adalah untuk mendukung pemerintah memberikan perlindungan internasional bagi pengungsi. Pengungsi yang datang ke Indonesia per 14 November 2023 sebanyak 1,964 orang (45% anak-anak, 28% perempuan, dan 27% laki-laki).
Terkait pengungsi di UNHCR menyampaikan solusi komprehensif mulai dari advokasi untuk hak pengungsi di Indonesia, akses ke pendidikan dan pelatihan vokasi, advokasi untuk reunifikasi dengan keluarga di Indonesia, dan penempatan ke negara ketiga.
Azharul Husna, Koordinator Kontras Aceh, juga menyampaikan tentang segala faktor penyebab terjadinya kekerasan pada perempuan dan anak.
”Perempuan dan anak sangat perlu dilindungi. Ada banyak faktor kerentanan yang terjadi, mulai dari Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), kekerasan yang mereka dapatkan dari perjalan hingga di kamp pengungsi, perdagangan manusia, ketidakmampuan dalam memahami bahasa, dan berbagai kerentanan lainnya yang sewaktu-waktu bisa terjadi pada mereka.
Malahayati, SH, LL.M, Sebagai Ketua Refugee Center Universitas Malikussaleh, menyampaikan tentang kebijakan perlindungan pengungsi di tingkat lokal, nasional dan internasional. Saat Beliau ditanya tentang salah siapa uskup terkait isu pengungsi di aceh, dia menjawab bahwa ”Isu Pengungsi ini sangat kompleks, jika kita mencari salah siapa dan siapa maka tidak ada penjelasannya. Ini tanggung jawab negara, pemerintah dan masyarakat ada di dalamnya, sehingga sudah menjadi kewajiban kita semua untuk peduli dan ikut mengambil andil dalam isu ini.”
Sesi terakhir disampaikan oleh Fachrurrazi, SIKom, seorang penggiat kemanusiaan yang menyampaikan tentang ”Anak muda berbicara tentang isu pengungsi? Siapa yang takut!” Sebagai Agent Of Change yang akan memberikan perubahan lebih baik bagi kita, lebih bijaksana dan memiliki wawasan yang cukup terhadap isu-isu yang sedang terjadi di sekitar kita.
Banyak hal yang bisa dilakukan pemuda seperti Membangun kesadaran terkait isu pengungsi global maupun nasional, menyebarkan informasi yang positif, menyaring segala informasi yang ada di internet dan selalu memeriksa kebenaran informasi yang tersebar agar terhindar dari hoaks yang akan menjadi kegaduhan nantinya, dan dapat ikut langsung di kegiatan kerelawanan yang berinteraksi langsung dengan pengungsi. Dengan hal itu maka sebagai pemuda, kita sudah mengambil peran yang cukup baik dalam membangun keharmonisan bersama pengungsi.
Anak-anak muda yang mengikuti kegiatan ini juga luar biasa antusias, terdapat lebih dari 200 peserta ikut berpartisipasi pada diskusi ini. Mereka semua berasal dari berbagai universitas dan komunitas yang ada di Indonesia. 'Tadinya kita hanya membuka pendaftaran untuk anak muda di Aceh, namun ternyata banyak juga yang mau ikut serta dari luar Aceh', terang Hafiz.
Tanpa kita sadari, bukannya benci namun harusnya empati dan rasa cinta yang kita beri kepada para pengungsi, sebab tidak ada satu manusia pun yang memilih hidupnya untuk menjadi pengungsi.
Mereka hanya sekelompok orang yang mencari ketenangan dan kebahagiaan yang dirasakan manusia lain, mereka hanya menuntut hak aman, hidup yang pada dasarnya lumrah dimiliki manusia. Sebab dunia bukan hanya milik kita, tapi milik siapa pun yang ada di dunia ini, karena mereka juga sama seperti kita.