Kurangi Emisi Karbon, PT PIM Mulai Operasikan Listrik Tenaga Surya: Optimis Target Dekarbonisasi 30% di 2030 |
Newsrbaceh.com | Aceh Utara - PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) mulai mengoperasikan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap di area pabrik dan perkantoran, tepatnya di area pengantongan pupuk urea dan atap gedung Learning Development Center (LDC) PIM dengan kapasitas masing-masing yaitu 48,6 dan 54 kilowatt peak (kWp). Rabu 20 Maret 2024.
Adapun total sel surya yang terpasang yaitu 190 unit dengan luas area sebesar 465 meter persegi.
Berdasarkan perhitungan, dengan menggunakan PLTS, PIM dapat mengurangi emisi karbondioksida ekuivalen 87 ton per tahun atau setara dengan konsumsi listrik lebih dari 90 unit rumah dengan daya 900 volt-ampere.
Implementasi pemasangan PLTS ini merupakan aksi nyata PIM untuk mengatasi salah satu tantangan global yaitu perubahan iklim (climate change) dan ikut berkontribusi dalam mendukung program NZE (Net Zero Emission) Pemerintah. Perubahan iklim terjadi akibat akumulasi gas rumah kaca, seperti gas karbon dioksida di atmosfer.
Seperti diketahui, karbon dioksida menghalangi pantulan panas matahari ke luar angkasa. Sehingga, panas ini akan terperangkap di bumi dan menyebabkan bumi semakin hangat.
Selain PLTS, PIM melakukan aksi nyata lainnya dengan melakukan efisiensi penggunaan energi di peralatan pabrik dan penanaman pohon di area konservasi. Total pengurangan emisi yang sudah dicapai PIM hingga Februari 2024 yaitu karbondioksida ekivalen 871,2 ton atau 22% dari target 3855 ton di tahun 2024.
Vice President Pengembangan Bisnis, Safwat Ardy mengatakan serangkaian upaya ini merupakan langkah awal PIM untuk mencapai target dekarbonisasi (pengurangan emisi karbon) lebih dari 30% pada 2030.
“Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mengurangi emisi hingga 31,89% dalam enhanced-determined contribution contribution (e-NDC)” ungkapnya.
Langkah strategis lainnya guna menggapai target tersebut, PIM berencana membangun pabrik blue ammonia, dimana karbondioksida dari hasil produk samping produksi amonia disalurkan dan disimpan di bawah permukaan tanah atau disebut dengan carbon capture storage (CCS). Proyek ini akan mengurangi emisi karbondioksida ekivalen sebesar 1 juta ton pertah.