• Topik Utama

    Copyright © Berita Aceh Terkini
    Best Viral Premium Blogger Templates
    NEWS RBACEH :
    Raja Baginda...

    Iklan

    Siapa Paludan yang Bakar Al Quran dan Apa Hubungannya dengan Rusia?

    Admin
    1/30/23, 16:33 WIB Last Updated 2023-01-30T09:33:36Z

    Politikus Swedia Rasmus Paludan memicu kontroversi karena membakar Al Quran. Rusia disebut mendalangi aksi ini. (Kantor Berita TT melalui Reuters)

    Newsrbaceh.com | Jakarta - Ekstremis politikus sayap kanan Swedia-Denmark, Rasmus Paludan, lagi-lagi memicu kontroversi usai menggelar aksi Pembakaran Al Quran di Kopenhagen, Jumat (27/1).

    Aksi itu dilakukan di depan sebuah masjid dan Kedutaan Besar Turki di Copenhagen, sepekan setelah aksi yang sama di depan Kedubes Turki di Stockholm, Swedia, 21 Januari lalu.

    Paludan mengklaim menggelar aksi itu untuk mendesak Turki merestui Swedia masuk NATO. Namun, sejumlah pihak menuding Rusia merupakan dalang di balik aksi Paludan ini.

    Lantas, siapa Rasmus Paludan yang hobi membakar Al Quran dan apa hubungannya dengan Rusia?

    Paludan sejak lama dikenal kerap memicu kontroversi. Dua aksi bakar-bakar yang dia lakukan belakangan ini pada kenyataannya bukanlah kali pertama.

    Sebagai ekstremis sayap kanan yang anti Islam, dia pernah menggelar aksi unjuk rasa di Viborg, Denmark, pada 2019 dengan membakar Al Quran hingga memancing emosi Muslim dunia.

    Saat itu, sekitar 100 orang ikut serta dalam unjuk rasa tersebut, menurut laporan media lokal Denmark, Nyheder.

    Pada Agustus 2020, Paludan kembali menjadi perhatian karena berinisiatif membakar Al Quran dalam unjuk rasa di Malmo, Swedia. Namun, Paludan dilarang masuk ke Swedia oleh otoritas otoritas.

    Swedia mencegat Paludan di pos pemeriksaan dan tekanan bahwa politikus itu dilarang masuk ke negara tersebut hingga dua tahun.

    "Dia merupakan ancaman serius," demikian pernyataan kepolisan Swedia yang dikutip media lokal, SVT Nyheter.

    Meski begitu, setelah kejadian tersebut Swedia memberikan Paludan kewarganegaraan. Pria yang gemar bolak-balik Swedia-Denmark itu diberikan status kependudukan karena ayahnya memang warga Swedia.

    Setelah itu, Swedia memvonis bersalah Paludan atas tuduhan membuat pernyataan rasial dan menghina.

    Paludan pun sempat dijerat hukuman tiga bulan penjara, berdasarkan laporan Copenhagen Post. Dia juga didenda 30 ribu krona atau setara Rp45,7 juta.

    Seolah tak kapok, ia kembali merencanakan aksi pengunjuk rasa dengan membakar Al Quran pada April 2022 di sejumlah kota di Swedia.

    Rencana unjuk rasa itu pun memicu protes gelombang baru. Banyak yang menolak aksi Paludan karena dianggap memicu kebencian, menurut laporan The Guardian.

    Meski dikabarkan memiliki jejak buruk, Paludan tetap diizinkan saat hendak menggelar unjuk rasa di depan Kedubes Turki di Stockholm pada 21 Januari lalu di atas dasar kebebasan berekspresi.

    Paludan berjanji akan terus menggelar unjuk rasa hingga Turki merestui Swedia masuk NATO.

    Namun belakangan, muncul dugaan Rusia menjadi dalang di balik aksi Paludan ini.

    Negeri Beruang Merah disebut-sebut mendalangi aksi itu untuk menggagalkan upaya Swedia masuk NATO. Isu ini pertama kali berembus dalam pemberitaan salah satu media Swedia.

    Stasiun televisi SVT melaporkan bahwa Chang Frick, seorang rahasia Swedia yang berafiliasi dengan media pemerintah Rusia, RT, membayar Paludan untuk menjalankan aksinya.

    Media Swedia lainnya melaporkan bahwa izin menunjukkan rasa Paludan di wilayah itu sebesar 320 krona atau sekitar Rp463 ribu. Menurut laporan media itu, Frick membayarkan biaya tersebut.

    Meski demikian, Menteri Luar Negeri Finlandia, Pekka Haavisto, juga menerima laporan yang mengindikasikan keterlibatan Rusia dalam aksi Pembakaran Al Quran itu.

    Pekka bahkan menyebut dugaan Paludan memiliki hubungan dengan Rusia saat ini telah "diselidiki." Dia juga mengatakan "hubungan tertentu" di sekitar Paludan pun "telah terungkap."

    "(Ada) pernyataan yang muncul apakah ada pihak ketiga yang berusaha memicu kontroversi, misalnya Rusia, atau pihak lain yang melakukan pelanggaran NATO dan ingin memprovokasi ini untuk mencapainya. Ini tidak bisa dimaafkan,"

    Pemerintah Swedia sendiri belum berkomentar. Meski begitu, Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson sempat merasakan bahwa ada "kekuatan yang mungkin ingin diusahakan Swedia tidak bisa masuk aliansi militer."

    "Ada kekuatan baik di dalam maupun di luar Swedia yang ingin menghalangi penghentian Swedia di NATO," kata Kristersson.

    "Dengan latar belakang itu, kita perlu melihat para provokator yang menginginkan perseteruan hubungan Swedia dengan negara lain."

    Sumber : CNN Indonesia

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Nasional

    +