Ketua MPI KNPI kota lhokseumawe Ali Quba |
Newsrbaceh.com | LHOKSEUMAWE - Ketua MPI KNPI kota lhokseumawe Ali Quba mengecam keras aksi Pembalasan Pembalasan Al-Qur'an oleh Rasmus Paludan, pimpinan partai politik sayap kanan Denmark Garis Keras. Tindakan itu dinilai telah melukai dan menodai toleransi umat beragama.
" Alquran adalah kitab suci dan bagian penting dalam hidup umat Islam. Bagi kaum muslimin, Alquran adalah hukum dan perintah, pedoman untuk berperilaku dan moral, serta berisi filosofi agama. Ini adalah kompilasi wahyu yang diberikan kepada Nabi Muhammad dari Allah SWT melalui malaikat Jibril, "
“Alquran adalah kalamullah, atau kalimat Allah SWT dan berasal dari sisi Allah SWT. Allah SWT berfirman, Tindakan Rasmus ini jelas-jelas menghina Nabi Muhammad dan ajaran agama Islam,” ungkap Ali Quba kepada newsrbaceh.com, Senin 23 Januari 2023.
Diketahui, seperti dilansir dari detiknews.com Pembakaran Al-Qur'an dilakukan oleh Rasmus Paludan, pimpinan partai politik sayap kanan Denmark Garis Keras. Paludan, yang juga berkewarganegaraan Swedia, pernah menggelar sejumlah unjuk rasa di masa lalu, ketika dia membakar Al-Qur'an. Pembakaran Al-Qur'an terjadi saat unjuk rasa anti-Turki dan upaya Swedia untuk bergabung dengan NATO yang terjadi di Stockholm.
Paludan tidak dapat dihubungi melalui surat elektronik atau email untuk dimintai komentar. Dalam izin yang diperolehnya dari polisi, dikatakan protesnya dilakukan terhadap Islam dan apa yang disebut sebagai upaya Presiden Turki Tayyip Erdogan untuk mempengaruhi kebebasan berekspresi di Swedia.
" Alquran adalah kitab suci dan bagian penting dalam hidup umat Islam. Bagi kaum muslimin, Alquran adalah hukum dan perintah, pedoman untuk berperilaku dan moral, serta berisi filosofi agama. Ini adalah kompilasi wahyu yang diberikan kepada Nabi Muhammad dari Allah SWT melalui malaikat Jibril, "
“Alquran adalah kalamullah, atau kalimat Allah SWT dan berasal dari sisi Allah SWT. Allah SWT berfirman, Tindakan Rasmus ini jelas-jelas menghina Nabi Muhammad dan ajaran agama Islam,” ungkap Ali Quba kepada newsrbaceh.com, Senin 23 Januari 2023.
Diketahui, seperti dilansir dari detiknews.com Pembakaran Al-Qur'an dilakukan oleh Rasmus Paludan, pimpinan partai politik sayap kanan Denmark Garis Keras. Paludan, yang juga berkewarganegaraan Swedia, pernah menggelar sejumlah unjuk rasa di masa lalu, ketika dia membakar Al-Qur'an. Pembakaran Al-Qur'an terjadi saat unjuk rasa anti-Turki dan upaya Swedia untuk bergabung dengan NATO yang terjadi di Stockholm.
Paludan tidak dapat dihubungi melalui surat elektronik atau email untuk dimintai komentar. Dalam izin yang diperolehnya dari polisi, dikatakan protesnya dilakukan terhadap Islam dan apa yang disebut sebagai upaya Presiden Turki Tayyip Erdogan untuk mempengaruhi kebebasan berekspresi di Swedia.
Beberapa negara Arab, termasuk Arab Saudi, Yordania, dan Kuwait, mengecam Pembalasan atas Al-Qur'an. “Arab Saudi menyerukan untuk menyebarkan nilai-nilai dialog, toleransi, dan hidup berdampingan, serta menolak kebencian dan ekstremisme,” kata Kementerian Luar Negeri Saudi dalam sebuah larangan.
Pembakaran Al-Qur'an Tuai Kecaman
Aksi tersebut meningkatkan ketegangan Swedia dengan Turki yang membutuhkan dukungan Ankara untuk masuk ke aliansi militer.
"Kami mengutuk sekeras mungkin serangan keji terhadap kitab suci kami...Mengizinkan tindakan anti-Islam ini, yang menargetkan umat Islam dan menghina nilai-nilai suci kami, dengan kedok kebebasan berekspresi sama sekali tidak dapat diterima," kata Kementerian Luar Negeri Turki dilansir Reuters, Minggu (22/1/2023).
Pernyataannya dihapus Turki setelah seorang politisi anti-imigran dari sayap kanan membakar Al-Qur'an di dekat Kedutaan Besar Turki di Stockholm.
Kementerian Luar Negeri Turki mendesak Swedia untuk mengambil tindakan yang diperlukan terhadap para pelaku dan mengundang semua negara untuk mengambil langkah nyata melawan Islamofobia.
Protes terpisah terjadi di kota yang mendukung Kurdi dan menentang tawaran Swedia untuk bergabung dengan NATO. Sekelompok pengunjuk rasa pro-Turki juga mengadakan rapat umum di luar kedutaan. Acara ketiga tersebut memiliki izin polisi.
Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billstrom mengatakan bahwa memicu Islamofobia sangat mengerikan. "Swedia memiliki kebebasan berekspresi yang luas, tetapi itu tidak berarti bahwa Pemerintah Swedia, atau saya sendiri, mendukung pendapat yang diinginkan," kata Billstrom di Twitter.
Rasmus Paludan bakar Al-Qur'an. Foto : Republika |